Home » » 033. Memiliki aset 3 Milyar, buah keyakinan yang besar

033. Memiliki aset 3 Milyar, buah keyakinan yang besar


( Sumber: TQN Centre Jakarta )

Tengku (ustadz) Zulfan. Itulah nama panggilan wakil talqin TQN Suryalaya asal Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) ini. Nama lengkap beliau adalah Drs. Muhammad Sulfanwandi Hasan, MA. Beliau dalah dosen di Unsyiah (Universitas Syah Kuala) dan IAIN Ar Raniry, Aceh.

Sejarah beliau masuk ke TQN Suryalaya adalah saat terjadi tsunami Desember 2004. Pertengahan bulan Januari 2005 Ust. Wahfiudin membentuk Tim “Suryalaya Peduli Aceh” dan terjun menjadi relawan dalam musibah yang menelan korban hampir 300 ribu orang. Bergabung dalam tim tersebut ikhwan TQN dari beberapa wilayah antara lain Medan, Sukabumi, Banten, Surabaya, Bekasi, dan Jakarta. Total Tim berjumlah 30 orang.

Merasa kurang amunisi, ustadz Wahfiudin mendatangkan Ajengan Jejen ke Aceh. Di Aceh kedua wakil talqin tersebut bertemu dengan Tengku Zulfan. Tengku Zulfan dengan senang hati bersedia bekerja sama dengan tim “Suryalaya Peduli Aceh”. Pesantrennya pun menjadi pusat kegiatan tim relawan Suryalaya. Bukan hanya bantuan logistik, Pelatihan-pelatihan pun diadakan di pondok pesantren beliau yang bernama Pondok Pesantren (Dayah) Raudhatul Qur’an, Desa Tungkob, Kec. Darussalam, Kab Aceh Besar.

Saat pelatihan itulah Ajengan Jejen menyampaikan talqin dzikir dari Wali Mursyid kepada para peserta pelatihan termasuk Tengku Zulfan. Sejak saat itu dzikir TQN adalah dzikir resmi di ponpes tersebut dengan restu pimpinan pesantren kelahiran tahun 1959 itu.

Menyebarkan TQN di Dayah Raudhatul Qur’an bukanlah tanpa tantangan. Suatu saat Ajengan Jejen memanggil santri beliau yang menjadi relawan (kalau tidak salah Zahid Hakiki). Zahid dengan semangat khidmahnya berlari menghampiri ajengan Jejen. Tengku zulfan sekonyong konyong membentak Zahid. Beliau berkata, “Hey!!! disini jangan berlari!!! Kalau kamu berlari, TNI menganggap kamu GAM. Sedangkan GAM menganggap kamu penyusup dari TNI. Kamu bisa ditembak mereka” ternyata desa beliau dikelilingi TNI maupun GAM. 

Berda’wah di Tungkob, taruhannya adalah nyawa. Tengku Zulfan siap pasang badan kalau ada pihak yang menyerang Ust. Wahfiudin dan Ajengan Jejen. Alhamdu Lillah tidak terjadi apa-apa pada mereka. Karena tengku Zulfan adalah seorang ulama yang benar-benar mengayomi masyarakat sekitar. Sehingga beliau pun dilindungi masyarakat.

Sepulang dari Aceh, Ajengan Jejen dan Ustadz Wahfiudin mengajak Tengku Zulfan dan Tengku Hasan Muda (Mursyid Thariqah Naqsyabandiyah dengan ribuan murid) ke Ponpes Suryalaya. Di Suryalaya ternyata kedua ulama tersebut diangkat menjadi Wakil Talqin oleh Pangersa Abah.

Tanggal 29 Maret sampai 1 April Ustadz Wahfiudin, Ibu Rachmajanti (istri Ust. Wahfiudin), Asep Haerul Gani dan penulis berangkat ke Aceh dalam rangka “Pelatihan Pendalaman Tasawuf”. Dalam perjalanan menuju lokasi, Tengku Zulfan menjelaskan dengan merendah: “Mohon maaf, lokasi training kita di tengah hutan”. Namun Sesampai di lokasi kami terkaget-kaget. Karena bangunan-bangunan yang pada tahun 2005 kami saksikan sendiri terbuat serba dari kayu dan berbentuk rumah panggung, kini sudah berubah total menjadi bangunan yang mewah.

Yang membuat mata saya terbelalak dan tidak memindahkan pandangan adalah gambar Latifah 2 buah dengan ukuran sangat besar. Kira-kira besarnya 1,5 mtr x 1 mtr. Gambar tersebut dipajang dengan bangganya. Saya membatin, “inilah bukti keyakinan yang begitu besar”.

Dalam sambutan Tengku Zulfan kepada peserta pelatihan pendalaman tasawuf yang terdiri dari para tengku (ustadz atau Kyai) dari beberapa pesantren, beliau mengemukakan bahwa, Dengan dzikir, bangunan reot berubah menjadi bangunan seharga 3 millyar, semua itu berkah dzikir yang tersambung melalui Wali Mursyid”.

Berkah keyakinan dalam Dzikir

Satu hal komentar ust. Wahfiudin terhadap tengku Zulfan. Beliau memiliki keyakinan yang luar biasa besar kepada pangersa Abah sebagai Wali Mursyid. 

Setiap malam Jumat di masjid tersebut diadakan dzikir khatam. Pada tanggal 31 Maret kami menyaksikan bangunan masjid 3 lantai itu dipenuhi jamaah. Bahkan tangga masjid pun ikut menjadi tempat bagi jamaah dzikir, lk 1.000 jamaah memenuhi masjid tersebut. Bahkan tengku Zulfan menambahkan, kalau bulan Sya’ban dan Rajab, jamaah bisa mencapai 3.000 orang. Subhanallah.

Lagi-lagi penulis membatin, “Seorang Tengku Zulfan yang tinggal di tempat yang jauh dari Suryalaya, berkunjung ke Suryalaya pun bisa dihitung dengan jari. Buku-buku yang terbatas, pembinaan hanya sekedarnya dari ikhwan senior, namun bisa menyedot 3.000 orang (khusus di Aceh Besar) untuk menjadi murid pangersa Abah. Alangkah kuat daya spiritual pangersa Abah. Subhanallah”.

Kini, selain mengasuh pondok pesantren dan menjadi dosen, beliau juga menekuni berbagai usaha sebagai penunjang da’wahnya. Semoga Allah limpahkan keistiqamahan dan keikhlasan kepada beliau dan kita semua. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar

English French German Spain Russian Japanese Arabic Chinese Simplified
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Backup Data Dokumen Pemuda - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger